HUNTING PASAR
10.36https://dediphotographyblog.blogspot.com/
dengan objek utama yakni pasar tradisional. Hunting Pasar pertama
kali diciptakan pada tanggal 7 januari 2018, oleh Bagoes Kresnawan
(30) bersama istrinya Astri Wulandari (28) di Yogyakarta. Berawal dari
kesenangannya dengan pasar tradisional dan memotret, kegiatan
yang dilakukan oleh pasangan suami istri di setiap akhir pekan ini,
menjelma jadi kegiatan yang diikuti oleh penggiat foto dan videografi
dari 37 kota di seluruh Indonesia.
Berawal dari kota Jogja, Hunting Pasar menjelma menjadi sebuah
komunitas yang tersebar di lebih dari 37 kota di seluruh Indonesia.
Kota-kota besar seperti, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali,
Medan, Makassar hingga Sorong pun, juga sudah mulai aktif
menggerakkan komunitas yang awalnya hanya bertemu lewat media
sosial Instagram ini. Tercatat hingga bulan April 2018 sudah ada lebih
dari 5,000 member aktif yang hunting ke pasar setiap akhir pekan.
“Kenapa pasar? karena di pasar kita bisa melatih interaksi terhadap
subjek yang kita foto dan yang terpenting bisa jajan.” celetuk Bagoes
Kresnawan (30) salah satu penggagas Hunting Pasar. Dilansir dari
laman resmi mereka www.huntingpasar.com, salah satu misi
komunitas ini adalah menjadi media belajar para anggota dan ikut
berkontribusi di industri pasar dengan membeli serta menyebarkan
banyak infromasi melalui karya foto dan video yang dapat dilihat di web
resmi ataupun di akun Instagram huntingpasar.id. Hal ini juga diamini
oleh beberapa penggerak Hunting Pasar di beberapa daerah, salah
satunya dari Muhammad Dhany Omara Labarani (21), koordinator
hunting pasar region Jakarta. “Di sini kita menemukan keluarga baru,
yang bisa diajak belajar bareng dan membuat karya, jadi nggak
sekedar kumpul-kumpul doang”, ujar pria besar yang biasa disapa
Dhandut.
Aktivitas rutin kami adalah setiap akhir pekan mengunjungi pasar
untuk sarapan bersama dan melakukan hunting foto / video. Tak
dibatasi oleh syarat penggunaan kamera tertentu, hal ini menjadikan
lebih banyak member yang ingin belajar namun dengan alat seadanya
dapat tetap ikut berkomunitas. Tak hanya hunting bersama, setiap
bulan sekali beberapa region juga mulai mengadakan event bulanan
berupa workshop fotografi / videografi dengan mengundang beberapa
praktisi untuk dapat menularkan ilmu mereka kepada member yang
kebanyakan haus akan ilmu. “Fokus kita sementara masih ke edukasi
untuk member supaya bisa membuat karya yang baik dan mengerti
dasar-dasar foto maupun video yang perlu dikuasai.” menurut
Wijoseno Aji (35) salah satu praktisi foto sekaligus pengurus Inti
Hunting Pasar region Jogja.
Dengan niat belajar tinggi serta untuk melestarikan jajanan
Indonesia, melalui pasar tradisional, semoga Hunting Pasar semakin
dapat memfasilitasi lebih banyak orang yang bergabung dan dapat
bermanfaat bagi pasar tradisional dan semua elemen yang ada di
dalamnya. GAS!
https://line.me/ti/g2/mE8G13gT27qrHwo...
0 komentar